Rukun yamani. Inilah salah satu sudut Ka’bah yang mampu menyedot
perhatian jamaah haji dan umrah, setelah hajar aswad. Menyentuh sudut
Ka’bah yang menghadap ke arah Yaman itu tidaklah sesulit menggapai hajar
aswad.
Perjuangan menyentuh rukun yamani tak sesulit mencium
atau menyentuh hajar aswad. Bahkan, setiap kali putaran thawaf jamaah
yang berada dekat Ka’bah bisa menyentuh dan bahkan mencium rukun yamani.
Wangi sudut Ka’bah yang satu ini menempel pada tangan yang
menyentuhnya.
Setiap kali menunaikan thawaf, saya selalu berusaha
untuk menyentuh sudut Ka’bah yang berada di bagian timur itu. Agar
bisa menyentuh rukun yamani dalam setiap putaran thawaf, saya selalu
berupaya untuk mendekat ke arah Ka’bah. Jika tak terlalu banyak jamaah
yang bergerombol di dekatnya, rukun yamani tak pernah terlewatkan.
‘’Rasulullah
SAW menyentuh rukun yamani dan hajar aswad dalam setiap thawaf,’’ tutur
Ibnu Umar RA dalam sebuah riwayat. Jabir RA juga pernah menceritakan,
pada saat Fathu Makkah, Rasulullah menyentuh rukun yamani dan hajar
aswad dengan sebatang tongkat.
Menyentuh rukun yamani adalah
sunah yang dicontohkan Rasulullah SAW. Sahabat Nabi Muhammad juga
melakukannya. Ibnu Abbas, Jabir, Abu Hurairah dan Ubaid bin Umar tak
pernah lupa menyentuh rukun yamani dan hajar aswad. Para sahabat
melakukan itu, karena Nabi SAW mencontohkannya.
Bukan tanpa
alasan Rasulullah SAW dan para sahabat menyentuh rukun yamani. Menurut
Ibnu Umar, menyentuh rukun yamani dan hajar aswad bisa menghapuskan
kesalahan-kesalahan. Namun, Jabir bin Zaid mengingatkan agar jamaah
haji tak perlu berdesak-desakan untuk mencapainya.
‘’Janganlah
kamu berdesak-desakan untuk mencapainya. Apabila kamu mendapatinya
sedang senggang, sentuhlah, dan jika tidak, berlalulah,’’ ujar Jabir bin
Zaid. Biasanya, jamaah dari Turki, India, dan Pakistan selalu
berdesak-desakan agar bisa menyentuh rukun yamani.
Selain
menyentuhnya dapat menghapus kesalahan-kesalahan, rukun yamani juga
memiliki keutamaan lainnya. Menurut Ibnu Abbas, pada sudut Ka’bah itu
terdapat seorang malaikat yang mengucapkan, ‘’Aamiin’’.
Maka,
kata Ibnu Abbas, ketika menyentuh rukun yamani, bacalah ‘’Robbana atina
fid dunya hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina adzaban nar.’’ Ibnu
Mas’ud RA menuturkan, Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘’Setiapkali
sampai pada rukun yamani, aku selalu bertemu dengan Malaikat Jibril.’'
Tak
hanya kaum pria yang berlomba menyentuh rukun yamani, kaum perempuan
terutama dari Turki dan Pakistan juga berdesak-desakan mendekati sudut
Ka’bah itu. Namun, dalam sebuah riwayat, Aisyah RA tak menganjurkan
kaum wanita menyentuh rukun yamani.
Ketika sampai pada rukun,
wanita itu berkata kepada Aisyah, ‘’Wahai Ummul Mukminin, tidakkah
engkau memegangnya? Aisyah berkata, ‘’Apa perlunya bagi kaum wanita dan
apa perlunya memegang rukun? Biarkanlah berlalu,’’ (Al-Fakihy: I/122).
Meski
Aisyah RA tak menganjurkan kaum hawa menyentuhnya, namun dalam
praktiknya sebagian besar yang menyentuh sudut Ka’bah ini. Demi
menyentuh rukun yamani mereka berani berdesak-desakan dengan kaum pria.
Padahal, Aisyah melarang kaum wanita mendorong-dorong pria demi
menyentuh rukun yamani.
Wangi rukun yamani begitu khas. Setiap
kali menyentuhnya, saya selalu menggosokan tangan pada sudut Ka’bah itu
dan wanginya sungguh begitu harum. Jika tak terlalu banyak jamaah yang
menyentuhnya, saya juga menyempatkan untuk mencium rukun yamani.
Meski
memiliki keutamaan yang luar biasa, menyentuh rukun yamani tak perlu
dipaksakan apalagi saat jamaah yang thawaf begitu meluber. Tak perlu
mendorong-dorong jamaah lain untuk menyentuhnya, apalagi sampai ada
jamaah lain yang terluka.
Banyak jamaah yang melakukan apa saja
demi menyentuh rukun yamani dan hajar aswad. Padahal, menyentuh kedua
rukun itu haruslah dilakukan dengan cara yang baik. Wallahu’alam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar